Senin, 16 Januari 2017

,

Mencetak Karakter Remaja di Era Digital

Dok. Internet
Kemajuan teknologi yang semakin hari semakin berkembang membuat dunia seakan tidak memiliki sekat. Hal ini yang membuat masyarakat dengan mudah mendapatkan informasi. Orang yang berada di belahan barat akan dengan mudah mendapat informasi yang sedang menjadi tranding topic  di dunia timur. Begitupun sebaliknya. Alhasil, informasi seluruh dunia menyatu dalam satu frame globalisasi. 


Salah satu teknologi yang dihasilkan adalah sosial media. Tidak heran jika ternyata sosial media banyak digandrungi oleh masyarakat terutama remaja. Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak yang berkembang menuju masa dewasa. Remaja mengalami metamorfosis baik segi fisik maupun psikologinya. Tak ayal jika remaja terkadang memiliki sifat moody dan ego atau emosi yang meledak-ledak. Hal itu seakan sudah menjadi teman setianya. Dilansir dari tabloidnova.com, Psikolog Less Parrott Ph.D menegaskan bahwa tanda remaja yang sedang mencari jati diri, yakni pemberontakan. Dengan memberontak, remaja memperlihatkan bahwa mereka adalah sosok yang berbeda dengan orang tua atau pihak yang berwenang, misalnya sekolah.

Di era digital ini, remaja seakan tidak bisa lepas dengan yang namanya sosial media. Jika tidak mengenal internet dan antek-antenya seperti google, facebook, dan twitter dianggap kampungan, ndeso, dan  kuper. Semua itu sepertinya sudah menjadi kebutuhan primer remaja sekarang untuk menunjukkan eksistensinya. Pun terkadang hanya spekulasi belaka yang seolah bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi remaja. Hal tersebut tentu menimbulkan dampak yang besar. Dampak negatif dari sosial media telah membabi buta merenggut moral remaja yang masih perlu pengawasan dan bimbingan. Karena tanpa ada bimbingan dan pengawasan dari orang tua, mungkin remaja akan bertindak sesuka hatinya. Sangat disayangkan jika waktunya hanya dihabiskan untuk berselancar di sosial media, apalagi mengakses konten-konten negatif yang saat ini mulai menyasar kalangan remaja yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. 

Dulu, semua serba bertatapan muka tapi kini semua dihadapkan pada tatapan maya. Hal itu bisa membuat remaja kurang berempati di dunia nyata, terkesan individualis dan acuh tak acuh dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Mindset-nya terkontaminasi dengan hal-hal yang pragmatis. Ironisnya lagi, setelah mengenal sosial media, pengguna rentan cuap-cuap seenaknya, meluapkan kekesalan dengan perkataan yang tidak sepatutnya, bualan yang tidak mendidik bahkan mencaci tokoh besar, seperti yang baru-baru ini sedang booming. Ini menunjukkan bahwa pengguna kurang bijak dan bajik dalam menggunakan sosial media.

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, remaja dituntut untuk menyiapkan bekal sedini mungkin agar nantinya bisa dijadikan pijakan dalam memimpin bangsa mendatang. Apa bekalnya? Yang perlu disiapkan salah satunya adalah moral yang baik. Tentunya jangan sampai gara-gara sosial media, remaja semakin diperbudak oleh teknologi bahkan bobrok moralnya. Tak lupa, remaja juga dituntut untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, memberdayakan diri agar menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni sehingga multitalent di berbagai bidang. 

Remaja perlu dibimbing agar memiliki moral yang baik melalui berbagai macam cara, misalnya melalui keluarga, dalam hal ini orang tualah yang harus proaktif mengawasi anaknya ketika remaja. Misalnya mengajarkan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosionalnya sejak dini, sering berkomunikasi secara langsung, memberi nasihat, mengontrol saat anak bersinggungan dengan internet dan media massa lainnya, mengarahkan untuk me-manage waktu, dan menanamkan budaya membaca. Selain itu, peran lembaga pendidikan sangat dibutuhkan. Diharapkan, lembaga pendidikan tak hanya menuntut untuk pintar di ranah akademik, tapi juga turut serta membangun karakternya. Karena dengan menanamkan sikap-sikap tersebut, akan mencetak generasi yang beradab, bukan biadab. Jangan main-main, sebab perubahan zaman mustahil untuk dilawan.[]

0 komentar:

Posting Komentar