Sabtu, 19 Mei 2018

Seberapa Berantakan Kamarmu

Di malam yang larut ini
Aku sedang menerka seberapa berantakan kamarmu.

Beberapa buku tak tertata
Terlihat pernah dibaca tapi tak pernah selesai, sepertinya
Seperti pada wanita;
Kau bisa jatuh cinta pada buku-buku itu
Atau bisa juga kau akan kecewa karenanya
Yang telah mengecewakan tidak nikmat untuk dilanjutkan, katamu
Kau begitu saja berhenti di tengah bacaanmu
Bahkan tidak perlu repot-repot memberinya tanda

Aku sedang menerka seberapa berantakan kamarmu
Barang yang kau sentuh sebagian tak pada tempatnya
Kau suka buru-buru
Enggan meletakkan pensil di wadahnya,
Charger di laci,
Headset di meja,
Atau botol minum di tempatnya.

Aku sedang menerka seberapa berantakan kamarmu
Meski kau pekerja yang luar biasa
Namun apa-apa yang kau sentuh akan jadi sangat berantakan
Atau minimal, belum tersimpan pada tempatnya
: seperti aku.

Ngaliyan, 19 Mei 2018 12:09 AM.

NJUT! Seberapa Berantakan Kamarmu

Selasa, 01 Mei 2018

Perihal Waktu

"Waktu tak penah tepat ya?"
"Itu karena kita ingin membuat putaran waktu sendiri"
"Maksudmu?"
"Maksudku, mulai detik ini kita tak perlu saling menanti lagi. Biarkan waktu yang membuat kita saling menemukan"
"Apabila kita tak kunjung saling menemukan?"
"Hanya satu; percaya. Maka percayalah, keputusan sang waktu tak mungkin keliru"

Semarang, 1 Mei 2018, 8:44 pm

NJUT! Perihal Waktu

Minggu, 29 April 2018

Kado

Saat kau mengulang tahun:
Berada dalam rentang kepala dua
Kau mengajak bertukar kado
Tidak ada perayaan apa pun dalam hidupku;
di bulan ini.
Perihal angka, masih sekitar satu bulan lagi.

Mengapa harus tukar kado?
Harusnya aku yang menghadiahimu
Barang sebait puisi pengharapan untukmu
Atau sebentuk barang impianmu, misalkan.

Tak mengapa
Kau boleh membungkus kegamangan dan kecemasanmu

Lalu?

Sebaliknya.
Aku akan membungkus ketenanganku.

Ibarat chamomile tea dalam cangkir
Akan kusesap sedikit-sedikit
Kegamangan dan kecemasanmu
Lantas menjadi satu dengan ketenanganku
Perlahan larut,
Dan habis terkikis seiring berjalannya waktu.

Aku juga demikian?
Silakan.

Jadi?
Aku, kamu
:Gamang, cemas, tenang;
Lebur.
Impas.
Sama.

Ngaliyan, 29 April 2018
11:53 am.

NJUT! Kado

Sabtu, 28 April 2018

Nyeri

Karenamu,
Aku menulis ini

Ini bukanlah prosa
Atau puisi
Hanya kata-kata yang dapat kubariskan di selang waktuku
:Berdelusi
:Berdiskusi
Sampai keduanya saling menyalahi
Tak mengapa
Kau boleh menyebut ini elegi;
Suatu perkabungan untuk segala nyeri
yang kutampung di dada sebelah kiri

Ngaliyan, 28 April 2018
Pukul 12:55 am

NJUT! Nyeri

Jumat, 27 April 2018

Asing

Aku masih menunggu
Menanti pastimu
Aku merasa
Tak satu pun tahu
Barangkali kamu juga seperti itu
Kau pulang dalam setiap waktu
Kau paling dalam setiap temu
Saat kaki saling berhadap
Dan mata saling tertaut
Aku tak lebih orang asing
Begitu caramu membiarkan aku membeku
Kita berlaku seakan tak pernah bersua
Sebelumnya

Ngaliyan, 27 April 2018

NJUT! Asing

Selasa, 24 April 2018

Perihal Hilang

Aku sudah terlalu panjang menceritakan pentingmu
Hingga kau bosan
Bahkan mereka-mereka pun muak
Lalu menutup kuping rapat-rapat

Aku tahu itu
Tak mengapa
Jika begitu
Maka akan kukatakan perihal hilang

Perihal hilang;
Hilangkan, mengilang, kehilangan

Dan hilangmu sekarang
Adalah kutuk yang membunuhku
:perlahan

Ngaliyan, 24 April 2018 pukul 12.09 am.

NJUT! Perihal Hilang

Kamis, 19 April 2018

Ransel

[19/04/2015 7:20 pm] Mikhaelana:
aku punya kebiasaan buruk; membawa ranselku yang penuh dan berat.

[19/04/2015 7:20 pm] Mikhaelana:
Aku hanya butuh beban yang bisa ditimbang. Butuh sesuatu yang nyata.
Yang bisa kusentuh
Yang bisa membuatku sakit dengan goresan,
Atau luka memar

[19/04/2015 7:23 pm] Mikhaelana:
Aku butuh beban yang nyata
Untuk ditanggung di pundakku
Karena saat kau tak ada,
Beban itu masih sama.

[19/04/2015 7:24 pm] Mikhaelana:
Aku baik-baik saja,
Aku masih kuat.
Setidaknya, untuk ditanggung di pundakku.

[22/04/2015 9:12 am] Ibra Wiratmaja:
Aku baru punya kuota.

[22/04/2015 9:12 am] Ibra Wiratmaja:
Yakin, baik-baik saja?

[22/04/2015 10:02 am] Mikhaelana:
Puas kamu sudah bikin aku textpexctation. :(

[22/04/2015 10:02 am] Ibra Wiratmaja:
:)

[22/04/2015 10:03 am] Mikhaelana:
Tiba-tiba aku jadi ingat obrolan kita di WhatsApp tempo hari

[22/04/2015 10:03 am] Ibra Wiratmaja:
Yang mana?

[22/04/2015 10:39 am] Mikhaelana:
‘diri’ yang sebenarnya entah ke mana.

[22/04/2015 10:40 am] Ibra Wiratmaja:
oh, itu. Hahaha. Kamu kok masih ingat? Biar, dipakai orang lain mungkin.

[22/04/2015 10:41 am] Mikhaelana:
Tapi sekarang sepertinya sudah balik.

[22/04/2015 10:52 am] Ibra Wiratmaja:
fotografi, menulis, banyak berkawan, dan sesekali menyendiri untuk membaca buku. Mungkin itu duniaku.

[22/04/2015 10:52 am] Mikhaelana:
Nikmati saja.

[23/04/2015 8:07 pm] Mikhaelana:
Aku tetep nulis puisi. Maukah kau membaca? Lebih tepatnya, ini lanjutan tempo hari yang kukirim.

[23/04/2015 8:07 pm] Mikhaelana:
Aku butuh beban yang nyata
Kupenuhi ranselku dengan baju-baju
Dan buku-buku
Pun kenangan yang tak lagi kau butuhkan
Aku menampung semua di ranselku.
Kubawa ke mana-mana.
Agar suatu saat nanti aku melepasnya.
Itu benar-benar menjadi ringan
Tanpa beban; tanpa mengenangmu

[24/04/2015 9:21 pm] Ibra Wiratmaja:
Cewek suka kayak gini ya. Hahaha.

Aku mengerti maksudmu. Aku tidak bisa memaksa diri sendiri.

[24/04/2015 9:22 pm] Mikhaelana:
Tapi biarpun aku sudah mencoba,  bagiku ini bukan perkara yang mudah.

[24/04/2015 9:22 pm] Ibra Wiratmaja:
adalah tidak benar jika aku juga menuntut ini-itu ke kamu. Intinya, itu hakmu.

[17/02/2018 13:40 pm] Ibra Wiratmaja:
Mikha..

[17/02/2018 13:40 pm] Mikhaelana:
iya, kamu apa kabar?

[17/02/2018 13:41 pm] Ibra Wiratmaja:
Kabar baik, Mikha. Minta supportnya buat Pandhu dong.  Buka tautan ini >> https://www.instagram.com/BabyContestID2018. Gak ribet kok, cari foto yang bernama “Pandhu Wiratmaja”, lalu like postingannya. Makasih ya, Mikha..

NJUT! Ransel

Rabu, 18 April 2018

Sama

Kau akan menemukan Ibu dengan sayurannya
Dengan sekarung beras, telur ayam, kecap manis, ikan asin
Dan hal-hal yang bisa mengenyangkan perutmu
Juga memenuhi hatimu, tepatnya
Sebab ia punya sehari penuh cinta untuk setiap harinya

Sedang aku; betapapun rindunya
Ku hanya bisa menjelmakannya sebentuk doa
Dan merapalkannya penuh cinta

Ngaliyan, 18 April 2018 pukul 5.45 pm

*)  Sekadar menghibur diri karena bosan bukan main saat mengikuti pembelajaran di kelas.

NJUT! Sama

Selasa, 16 Januari 2018

, ,

Mantan



Kemarin saya mendapati chat bejibun di grup WhatsApp LPM Frekuensi yang sengaja kubiarkan menumpuk tidak kubuka. Tapi tadi pagi aku mengendap-endap membaca satu persatu chat di grup itu  yang diawali dengan chat Mas Paul perihal ajakan mengadakan Writing Challenge (WC) dengan alasan agar tidak gabut saat liburan. “Aku tertarik,” seketika aku membatin. Tapi setelah scroll ke bawah, ternyata tema #WC pertama ini adalah ‘Mantan’ yang katanya terinspirasi dari kisah Mas Naja yang menghadiri acara pernikahan mantannya dengan status jomlo. Sontak, pikiranku langsung mengarah ke “Mantan Pacar”. Lantas, apa yang bisa kutulis dengan tema ini, pikirku. Aku menganggap bahwa cerita-cerita menyoal "mantan pacar"  adalah hal yang sama sekali tidak menarik untuk di-share. Heuheu.

Namun, tidak ada salahnya jika aku join #WC kali ini dengan tema "mantan" yang lain.

Menyoal mantan, aku jadi teringat fenomena yang viral di media sosial terutama di instagram sekitar akhir tahun 2015 sampai pertengahan 2016 lalu.  Tak tanggung-tanggung, meme dengan ungkapan “Dear Mantan, maafkan aku yang dulu” menghiasi timeline setiap kali ku membuka instagram dan hashtag #DearMantan berkibar paling atas di media sosial Twitter.
Meme yang kala itu booming tak lepas dari perbandingan bahwa sang mantan kini terlihat lebih baik bahkan lebih cakep dibandingkan masa lalu saat masih pacaran. Selain netizen, banyak pula publik figur bahkan pejabat pemerintahan seantero negeri ini yang turut meramaikannya.

Jujur saja, kalau menurutku tak ada yang menarik dengan meme #DearMantan ini, selain dua kolase foto yang disandingkan dengan menunjukkan penampilan masa lalu dan foto masa kini yang diklaim lebih baik, kemudian diberi tulisan “Dear Mantan, Maafkan aku yang dulu”. Ya, mungkin dengan begitu agar lebih dianggap kekinian dan bisa jadi sebuah hiburan bagi yang menyukai meme-meme semacam itu.

Anyway, di negara kita tercinta, hal semacam ini menjadi sumber inspirasi tersendiri bagi penyanyi dan pencipta lagu, sekaligus aji mumpung memanfaatkan momen. Misal saja, fenomena game “Pokemon Go” yang menginsiprasi terciptanya lagunya Faiha yang berjudul “Cari Pokemon”. Tak ketinggalan ungkapan #DearMantan juga telah menginsiprasi setidaknya empat lagu yang kutahu yakni Ikif Kawazhima – Mantan Maafin Aku yang Dulu, Ade Syifa – Dear Mantan (Maafin Aku yang Dulu), iMeymey – Dear Mantan, dan Rinanda – Maaf untuk Mantan.

Entah ini fenomena macam apa, atau bisa jadi semacam ini adalah bentuk budaya latah dalam bereaksi dan berinteraksi di media sosial, namun di sisi lain juga dapat dijadikan sebagai kritik diri kita ketika melihat fenomena yang terjadi belakangan ini dan mengambil sikap untuk memosisikan diri kita baiknya seperti apa.

Balik lagi membahas tentang ‘Mantan’, aku saat menulis ini iseng memasukkan keyword “Dear Mantan” di laman pencarian Google Play di ponselku. Dan aku baru tahu ternyata ada game bertajuk “Dear Mantan” yang dibuat oleh Tinker Games, tim pengembang game dari Kawasan Dago, Bandung. Wajar saja, jarang-jarang aku kepo soal game, jadi meskipun game ini sudah lama rilis yakni Juli 2016, tetap saja aku tidak tahu. Game ini bertujuan untuk mengikis kagalauan dan menyemangati mereka yang putus cinta untuk tetap tegar menjalani hidup. Ceileh.. gini amat ya. Game bergenre kasual ini mengajarkan bahwa putus cinta bukan akhir dari segalanya.

Kulansir dari tempo.co, dalam game ini pemain berperan sebagai lelaki yang diputuskan kekasih karena dinilai tidak memiliki karier yang bagus. Nah, tugas pemain adalah membuktikan bahwa anggapan itu benar atau salah dalam kurun waktu 100 hari dalam permainan. Pemain diminta melakukan beberapa pekerjaan dan meraih uang serta penghargaan sambil memepertahankan nyawa tokoh dan mengatur tingkat cinta kepada mantannya dalam permainan. Singkat cerita, di akhir babak pemain bisa melihat apakah cukup pantas atau tidak untuk kembali ke mantan pacarnya.

Dari game ini, aku jadi teringat dengan terinspirasinya tema “Mantan” dalam Writing Challenge perdana bersama kawan-kawan LPM Frekuensi ini. Bisa jadi ini adalah solusi bagi Mas Naja sebagai usaha melupakan sang mantan yang sudah bersuami itu. Aku mewanti-wanti aja sih, agar Mas Naja tidak men-sleding dari belakang seperti halnya lagu NDX A.K.A - Bojo Ketikung itu. Kerena sadar si Doi sudah milik orang lain. Haha. Atau tidak ada salahnya kalau mas Naja install dan nyoba main game “Dear Mantan” ini saat waktu luang sembari berjuang menjalani hidup dan nantinya memiliki karier yang bagus. Alih-alih jika Mas Naja punya Mantan (lagi) yang belum melepas masa lajangnya, kan, siapa tahu dilirik dan berhasil mendapatkan (kembali) hati si Dia. Heheu.

Satu kalimat untuk mengakhiri tulisan ini, “Ampun, Senior!” :)
NJUT! Mantan